Bacalah 33. al-Asmaaul Husna

(Dari Draft Buku: “Bacalah… Dengan Nama Tuhanmu yang Menciptakan”)

Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih pada Allah

dan Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. 1)

 

Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi.

Dia yang Menghidupkan dan Mematikan,

Mahakuasa atas segala sesuatu. 2)

 

Dia yang Awal dan Akhir, yang Zhahir dan Bathin;

dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. 3)

 

Dia yang ciptakan langit dan bumi dalam 6 masa;

Lalu bersemayam di atas ‘Arsy,

Dia tahu yang masuk ke bumi dan yang ke luar daripadanya

dan yang turun dari langit dan naik padanya.

Dan Dia bersamamu dimana pun kamu berada.

Dan Allah Maha Melihat yang kamu kerjakan. 4)

 

Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi,

dan pada Allah dikembalikan segala urusan. 5)

 

Dia yang masukkan malam ke dalam siang

dan masukkan siang ke dalam malam.

Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati 6)

 

QS. 57. al-Hadid (Besi) 1-6

 

Katakan: “Serulah Allah atau ar-Rahman.

Dengan nama yang mana saja kamu seru,

Dia mempunyai al asmaaul husna

dan jangan keraskan suaramu dalam shalatmu

dan jangan pula merendahkannya

dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. 110)

 

Dan katakan: “Segala puji bagi Allah yang tidak beranak

dan tidak punya sekutu dalam kerajaan-Nya

dan tidak punya penolong (untuk menjaga-Nya)

dari kehinaan dan agungkan Dia dengan sebenarnya”. 111)

 

QS. 17. al-Israa’ (Perjalanan Malam Hari) 110-111

 

Thaahaa. 1)

 

Kami tidak menurunkan al-Qur’an ini padamu

agar kamu menjadi susah, 2)

 

tetapi sebagai peringatan bagi yang takut (pada Allah) 3)

 

yaitu diturunkan dari Allah

yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. 4)

 

yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arsy. 5)

 

Kepunyaan-Nya semua yang ada di langit dan di bumi,

semua yang ada di antaranya dan yang di bawah tanah. 6)

 

Dan jika kamu keraskan ucapanmu,

maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia

dan yang lebih tersembunyi. 7)

 

Dialah Allah, tiada Ilah selain Dia.

Dia yang mempunyai al-asmaaul husna. 8)

 

QS. 20. Thaahaa 1-8

 

Dia, Allah,..

tiada Ilah selain Dia,

Mengetahui yang ghaib dan yang nyata,

Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 22)

 

Dia, Allah,..

tiada Ilah selain Dia,

Maharaja, Mahasuci, Mahasejahtera, Karuniakan Keamanan,

Maha Memelihara, Mahaperkasa, Mahakuasa, Memiliki Segala Keagungan,

Mahasuci Allah dari yang mereka sekutukan. 23)

 

Dia, Allah,..

yang Menciptakan, Mengadakan, Membentuk Rupa,

Punya Nama-Nama Paling Baik.

Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi.

Dan Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. 24)

 

QS. 59. al-Hasyr (Pengusiran) 22-24

 

BEBERAPA penjelasan penunjang mengenai al-Asmaaul Husna yaitu dari hadits Tarmidzi yang meriwayatkan, “Sesungguhnya Tuhan memiliki 99 nama, yaitu seratus kurang satu. Siapa saja yang menghitung-hitungnya (menyebut-nyebutnya), masuklah ia ke surga. Sesungguhnya Tuhan itu “ganjil” dan menyukai ganjil. Huwallaahul ladzii laa ilaaha illaa huwa”

Yang dimaksud menghitung-hitung atau menyebut-nyebut yaitu tidak sekedar lisan tetapi lebih pada perbuatan. Dan tujuannya pun tidak sekedar masuk surga, tetapi Tuhan ridho. Pengertian ganjil bukan suatu yang aneh dan tidak umum, tetapi ganjil yang memiliki angka tengah yaitu keadilan yang tidak memihak kiri atau kanan

Definisi Tuhan

Kajian ini merupakan penjelasan definisi Tuhan. Seperti halnya definisi berserah diri pada Kajian 6: Makna Berserah Diri, maka demikian pula makna Tuhan yang disinggung pada akhir kajian tersebut, yaitu “Aku seperti perkiraan hamba-Ku kepada-Ku”. Tentunya perkiraan yang dimaksud harus dengan ilmu dan petunjuk yang diisyaratkan Tuhan kepada manusia untuk bisa mengerti, memahami dan menghayati-Nya. Salah satu petunjuk itu adalah al-Asmaaul Husna, Dia yang… Dia yang… Dia yang….

Jika telah menggunakan ilmu seoptimal mungkin dan pemahaman akan petunjuk-petunjuk yang telah sampai kepadanya, maka perkiraan hamba terhadap Tuhannya akan dimaklumi Tuhan selama ia memegang tali tauhid dan cinta kasih di antara sesama mahluk.

Firman Tuhan pada QS. 7. al-A’raaf 180,

“Hanya milik Allah al-Asmaaul Husna, maka mohonlah pada-Nya dengan menyebut al-Asmaa-ul Husna dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan dapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.180)

Bermohon dengan al-Asmaaul Husna sudah meliputi segalanya. Bagi mereka yang masih meyakini Tuhan sebagai tempat meminta, maka segala permintaan sudah termaktub dalam 99 Nama-Nya. Tetapi bagi mereka yang menghendaki ma’rifat dan meyakini Tuhan sebagai Kekasih Abadi, maka ia malu jika memperlakukan Kekasihnya itu sebagai tempat meminta.

Tetapi Nama-Nama Tuhan yang mulia itu bisa disalah-gunakan oleh orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut Nama-Nya. Ini bisa terjadi untuk menguji keimanan dan ketaqwaan seseorang. Ayat-ayat al-Qur’an pun bisa disalah-gunakan. Sebagian ayat yang mengandung nilai keghoiban bisa dijadikan sebagai mantera untuk meminta pertolongan jin dan itu diperkenankan Tuhan karena memang untuk menguji iman sebagian hamba-hamba-Nya; apakah imannya pada Tuhan atau pada jin dan manusia perantara jin itu. Mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Demikian QS. 7:180.

Dialah Allah; Tuhan Yang Mahaesa, Mahatahu, Maha Pemelihara, Mahaghoib, Maha Melihat, Mahahalus… Semua sifat yang berjumlah 99 itu menjelaskan esensi dan eksistensi Dzat Tuhan. Dengan zikir beberapa Nama yang dihafal, dihayati dan diamalkan – seperti sifat magnet – orang yang mengamalkannya sedikit banyak terimbas sifat Tuhan yang diwiridkannya, karena Tuhan Maha Pengasih-Penyayang dengan melimpahkan Rahmaan dan Rahiim pada mereka yang dikehendaki-Nya, karena mereka mengingat dan mencintai-Nya.

“…Serulah Allah atau ar-Rahman.dengan nama yang mana saja kamu seru Dia mempunyai al Asmaaul Husna dan jangan keraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. (QS. 17:110)

Nama mana saja dari Nama Tuhan, ujungnya mengarah pada ALLAH. Misal Sifat Pengasih (ar-Rahman). Untuk memperoleh turunan ar-Rahman pada manusia yang menzikirkan, ia harus memberikan yang ia miliki pada mahluk lain disertai kehalusan budi (al-Lathif), rasa adil (al-Adl) sesama mahluk, sabar terhadap apa/siapa pun (ash-Shobur) dan seterusnya. Ini berlaku pada Sifat atau Nama Tuhan lain yang bergerak melingkar spiral menuju satu titik: ALLAH.

Di dalam berdoa dan membaca bacaan sholat juga dianjurkan tidak mengeraskan/melemahkan suara bacaan, carilah jalan tengah. Ini merupakan indikasi agar jangan berlebihan dalam beribadah. Jangan terlalu menonjol atau jangan terlalu menyepi atau bahkan mengasingkan diri…

Dia yang… Segalanya

“Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih pada Allah dan Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.1) Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Dia yang Menghidupkan dan Mematikan, Mahakuasa atas segala sesuatu. 2)” (QS. 57:1-2)

Antara menghidupkan dan menciptakan, lebih dulu yang mana? Seperti pertanyaan antara telor dan ayam, lebih dulu yang mana? Jika ia ditinjau susunan kosa kata, maka jawabannya dilihat apa yang lebih dulu diucapkan. Demikian pula jika ditinjau dari esensinya. Bahkan mungkin bukan di antara kedua obyek yang dipertanyakan, tetapi jawaban yang lebih dulu adalah subyek yang menguasai keduanya, yakni al-Awwalu, kembali bersentuhan dengan al-Asmaaul Husna.

Tuhan bersifat al-Awwalu mempunyai hak mutlak menciptakan sesuatu. Menciptakan dulu baru menghidupkannya, ataupun menciptakan benda mati tanpa menghidupkannya, atau pula menghidupkan jiwa meskipun ciptaan jasadnya telah hancur lebur berkalang tanah. Semuanya hak mutlak Tuhan.

Bahkan hakikat menghidupkan dan mematikan pun tidak bisa diklaim lebih dulu menghidupkan daripada mematikan. Karena sebelum hidup pun, manusia tidak ada alias mati di suatu zaman ketika roh belum ditiupkan. Sementara jasadnya pun masih berupa gumpalan darah yang belum bisa disamakan dengan manusia.

Pembahasan ini akhirnya terbentur pada dimensi waktu yang diukur oleh manusia sendiri. Sehingga pembahasan menyangkut menghidupkan dan mematikan manusia secara jasmani, cukup dibatasi mulai kelahirannya dari rahim seorang ibu hingga kematiannya masuk di liang kubur.

Makna menghidupkan dan mematikan bisa berarti menghidupkan dan mematikan jiwa di dalam tubuh yang hidup. Karena ada kalanya tubuh sehat tetapi jiwanya sakit. Antara tubuh dan jiwa tidak sejalan. Dari segi fisik mungkin manusia sehat, kaya dan bugar. Tetapi ketika bersentuhan dengan kalbu, hati nurani dan jiwa, ternyata ia sangat tertutup untuk semua orang dan keadaan; maka kesehatan, kekayaan dan kebugarannya tidak berkah. Semakin jiwa sempit beradaptasi dengan kebenaran, semakin dikunci-mati hati nurani dalam menerima kebenaran hakiki. Seperti kata seniman Bimbo, “Punya mata tapi tidak melihat, punya telinga tapi tidak mendengar.”

Makna menghidupkan dan mematikan juga bisa berarti membukakan dan menutupkan rezeki seseorang. Sifat al-Asmaaul Husna berkaitan lagi. Menghidupkan rejeki tidak harus berupa harta-benda. Bisa pula rejeki itu berupa kesehatan, kepandaian dan lain-lain yang bisa dimanfaatkan untuk mencari rejeki secara materi.

Jika dikaitkan dengan ayat pertama sub-bab kajian ini (QS. 57:1-2), yang terpenting adalah menghidupkan jiwa-jiwa islami untuk bisa senantiasa bertasbih kepada Tuhan; karena semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih pada Tuhan yang mempunyai kerajaan langit dan bumi.

“Dia yang Awal dan Akhir, yang Zhahir dan Bathin; Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.3) Dia yang ciptakan langit dan bumi dalam 6 masa; Lalu bersemayam di atas ‘Arsy, Dia tahu yang masuk ke dalam bumi dan yang ke luar daripadanya dan yang turun dari langit dan yang naik padanya. Dan Dia bersamamu di mana pun kamu berada. Dan Allah Maha Melihat yang kamu kerjakan.4) Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi, dan kepada Allah dikembalikan segala urusan.5) Dia yang masukkan malam ke dalam siang dan masukkan siang ke dalam malam. dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati6)” (QS. 57:3-6)

Tuhan mengaitkan suatu fenomena dengan eksistensi diri-Nya yang Awal dan Akhir, Zhahir dan Bathin dan seterusnya. Apakah kedua sifat itu bertentangan? Secara dimensi, memang ya! Tetapi secara esensi, tidak! Bagi Tuhan dan seluruh ciptaan-Nya tidak satu pun bertentangan karena semua berpasangan membentuk sistem seimbang. Salah satu sifat keseimbangan adalah ketidak-berpihakan. Dan Sifat Tuhan yang demikian adalah al-Adlu.

Di antara semua sifat Tuhan, baik yang tersebut formal dalam 99 Nama atau Sifat al-Asmaaul Husna maupun di antaranya dan berjumah tak hingga, mengandung universalisme fenomena yang ada maupun yang tiada. Jadi, semuanya melengkapi kesempurnaan Dzat Tuhan secara definitif.

Tetapi dari 99 Nama al-Asmaaul Husna dan tak hingga Nama yang ada di antaranya, secara makro bisa dibagi menjadi tiga sifat: Sifat
Kelembutan seperti ar-Rahmaanu-Rahiim, al-Qudduusu, al-Mu’iiz, al-Lathiif, al-Haliim, al-‘Afuwwu, ar-Ra’uuf, al-Baathinu dan lain-lain; Sifat
Azali seperti al-Adl, al-Haqq, al-Hayy, al-Ahadu, al-Barru, al-Nuuru, ash-Shabuur dan lain-lain; Sifat
Keperkasaan seperti al-Kabiiru, al-Jabbaru, al-Qowiyyu, al-Waali, al-Qahhaaru, al-Qaadiru, al-Muntaqiimu dan lain-lain.

Kelembutan merupakan pasangan dari Keperkasaan. Kelembutan tidak berarti kelemahan dan ketidak-berdayaan, sedangkan Keperkasaan bukan kekejian dan kesewenangan. Sedangkan Azali tidak mempunyai padanan atau pasangan yang berpuncak pada sifat al-Adlu.

Perlu ditekankan lagi bahwa Sifat-Sifat Tuhan tidak dijelaskan secara kongkrit berjumlah 99 Nama atau Sifat. Dan angka 99 ini jika diutak-atik seperti orang Jawa ‘meramesi’ nomor, akan terdapat beberapa keistimewaan yang jika digathuk-gathukan akan mathuk (dicocok-cocokkan akan cocok), dihubung-hubungkan akan ada hubungannya juga.

Angka sembilan (9) adalah simbol angka terbesar, karena setelah 9 adalah angka sepuluh (10) yang diwakili oleh angka 1 dan 0.

Angka sembilan puluh sembilan (99), jika 9 depan ditambah 9 belakang sama dengan 18. Jika angka 1 dan 8 dijumlahkan akan kembali angka 9. Demikian pula angka 999, 9999, 99999, 999999, 9999999 jika masing-masing dijumlahkan seperti 99 tadi akan sama dengan 27, 36, 45, 54, 63. Jika dikalikan juga akan menghasilkan akhir penjumlahan sama dengan 9.

Jumlah angka puluhan ini selalu berdampingan dan berpasangan antara kecil dan besar, mulai 18 (1 dan 8), 27 (2 dan 7) hingga 90 (9 dan 0). Jika masing-masing angka dijumlahkan dengan pasangannya akhirnya kembali ke angka 9 sebagai angka tertinggi.

Penjabaran filosofinya adalah sebagai berikut:

Pertama, Tidak ada angka tertinggi selain angka sembilan (9), artinya tidak ada lebih tinggi lagi selain yang Mahatinggi, Allah, Tuhan yang Mahaesa;

Kedua, berapapun angka 9 dideretkan, dijumlahkan dan dikalikan; jika sesama angka hasil dijumlahkan akan kembali sama dengan 9, artinya betapa pun berkuasanya seseorang, kaya, sehat, kuat dan dipuja-puja manusia, akhirnya kembali juga kepada Dia Yang Maha Awal-Akhir, Allah, Tuhan yang Mahaesa;

Ketiga, angka puluhan di belakang ratusan, ribuan, jutaan dan lain-lain dari hasil penjumlahan sekian angka 9, mereka berpasangan antara besar-kecil dan tidak pernah sama, artinya besar dan kecil ciptaan Tuhan dan tidak ada satupun yang sama.

Demikianlah filosofi ringan dari angka 9 sebagai angka yang ganjil dan mempunyai kekhususan dibandingkan angka-angka lainnya.

Dengan nama-Nya Kamu Saling…

“Hai manusia, bertaqwalah pada Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dari satu, dan darinya Allah menciptakan isterinya, dan dari keduanya Allah mengembang-biakkan laki-laki perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah pada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling minta satu sama lain dan (pelihara) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga mengawasimu.1)” (QS. 4:1)

Nama Tuhan atau Sifat-Nya senantiasa dijadikan hamba-hamba-Nya untuk meminta melalui doa. Sedangkan masalah berdoa ini agak menarik, karena ada ayat yang memerintahkan seperti pada firman Tuhan di dalam QS. 2. al-Baqarah (Sapi Betina) 186, “Jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang mendoa jika ia berdoa pada-Ku, maka hendaklah mereka itu penuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman pada-Ku, agar mereka selalu berada di dalam kebenaran.”

Ada sebagian Salik – yaitu pelku tarekat – yang sungkan berdoa yang isinya meminta sesuatu kepada Tuhan – walaupun Tuhan mengabulkannya. Alasan Salik sungkan adalah karena Tuhan Mahatahu kebutuhan manusia dan manusia tidak tahu apa kebutuhannya sebenarnya. Jadi, jika ia minta rejeki, kepandaian, kesuksesan karier, pekerjaan, proyek dan lain-lain yang banyak misalnya, belum tentu itu semua bernilai baik baginya.

Banyak orang berdoa minta sesuatu pada Tuhan tetapi tidak memenuhi kewajibannya pada Tuhan beriman. Ini yang menyebabkan Salik risih terhadap orang yang demikian dan sungkan pada Tuhan apakah ia termasuk orang seperti itu. Di dalam doanya, Salik sudah tidak mempunyai permintaan apapun kepada Tuhan, karena Tuhan Mahatahu kebutuhan hamba-Nya. Jika Salik berdzikir dan berdoa dengan al-Asmaaul Husna, itu dilakukan semata-mata ibadat, mencintai dan memuji Kebesaran Tuhan, tanpa pamrih.

“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia beranak padahal Dia tak punya isteri. Dia ciptakan segala suatu, Dia tahu segala suatu. 101) (yang memiliki sifat) demikian Allah Tuhanmu; tiada Ilah selain Dia; Pencipta segala suatu, maka sembah Dia dan Dia Pemelihara segala sesuatu.102) Dia tidak dapat dicapai penglihatan mata, sedang Dia melihat segala penglihatan dan Dia yang Mahahalus lagi Maha Mengetahui.103)” (QS. 6:101-103)

Jika orang ingkar sudah dikunci mati hati mereka, maka semua panca inderanya tertutup dari hikmah. Semua ayat yang menjelaskan tauhid akan diperdebatkan dengan dalil yang ditunjang bukti-bukti ilmiah. Jika pada masa jahiliyah dahulu belum ada teknologi modern untuk membuktikan keberadaan Tuhan, maka orang ingkar modern pada saat ini merasa telah membuktikan bahwa di luar angkasa sejauh mungkin pesawat luar angkasa diluncurkan, takkan ada Tuhan di sana.

Komunisme telah memegang komitmen atheisnya, sehingga ideologi mereka memperlakukan agama dengan keji. Seperti kata seorang tokoh komunis Vladimir Ilyich Ulyanov Lenin
(1870-1924); “Semua prinsip moral adalah kebohongan dan kita harus memperlakukan agama dengan bengis.”

Kini tinggal orang kapitalis yang berpura-pura bertuhan tetapi lebih mempertuhankan kapitalisme di atas materialisme. Sehingga bisa dikatakan statusnya lebih munafik dari komunisme. Mereka sangat yakin mesin dan teknologinya yang menciptakan dan memelihara peradaban; sementara Tuhan bukan lagi pencipta dan pemelihara tetapi hanya tempat pengakuan dosa dan berkeluh-kesah. Gereja hanya penuh pada saat kebaktian, dan masjid juga penuh tetapi hanya pada hari Jum’at dan acara ritual lainnya.

Jika orang komunis telah terantuk batu ideologinya sendiri dan tersungkur pada saat pecahnya Uni Sovyet tahun 1990; kini tinggal arogansi Amerika Serikat dan Yahudi Israel yang menunggu lonceng kematian akibat kesombongannya. Jika komunisme keterasingan pada ideologinya, maka kapitalisme terjebak pada sekulerisme dan hedonisme material-kapitalistik.

Mempelajari latar belakang histori-filosofi kaum atheis justru akan membuktikan kebenaran agama; tetapi syarat awalnya harus memahami agama secara benar. Betapa penggagas, pendiri, pejuang dan kader komunis berusaha mengangkat derajat manusia yang mulia dengan menganulir keterasingannya pada agama, uang dan pekerjaan yang menimbulkan penindasan kaum agamawan hanya untuk legitimasi para kaum kapitalis. Perseteruan komunis-kapitalis hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi umat beragama yang beriman dan beramal saleh.

Tuhan menciptakan dan memelihara segala sesuatu melalui proses yang Dia Sendiri mengetahuinya secara pasti. Demikian pula pemeliharaannya suatu kaum yang terpelihara dari perseteruan idelogi-politik negara adidaya. Tuhan menciptakan manusia yang status fitrahnya mulia, suci dan tauhid. Sedang status ingkar, zalim, munafik dan semacamnya tergantung manusia. Mencipta dan memelihara tidak harus diartikan positif dan pemanjaan, bisa pula melalui proses pemanasan dan ‘pembusukan’.

Tuhan menciptakan mahluk yang fitrahnya suci. Adanya penyakit karena ada interaksi antara dua kesucian yang ternodai dan tercemari. Demikianlah Tuhan awalnya mencipta dan memelihara segala sesuatunya dengan sangat indahnya dan seimbang. Tetapi ketika di tangan manusia, kerusakan demi kerusakan mulai menciptakan ketidak-seimbangan alam…

Bidang Regresi al-Adlu

Katakan: “Serulah Allah atau ar-Rahman. Nama mana saja kamu seru, Dia punya al-Asmaaul Husna dan jangan keraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara keduanya”. 110) Dan katakan: “Segala puji Allah yang tidak beranak dan tidak bersekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak punya penolong dari kehinaan dan agungkan Dia dengan pengagungan sebenar-benarnya. 111)” (QS. 17:110-111)

Ketika Tuhan memperkenalkan Diri dengan membebaskan hamba-Nya menyeru “Allah”, “ar-Rahman” atau Nama lain, yang mana saja diseru; Dia-lah yang mempunyai al-Asmaaul Husna. Tetapi kalimat selanjutnya Tuhan mengisyaratkan keadilan bagi hamba-Nya agar tidak mengeraskan atau merendahkan suara dalam sholat. Cari jalan tengah di antara keduanya. Inilah yang mempertemukan dengan Nama-Nya yang lain, yaitu al-Adlu.

Jika Nama-Nama Tuhan yang tak terhingga dihamparkan secara visual berupa Ayat-Ayat-Nya di dalam wujud tiga dimensi, maka al-Adlu menjadi bidang regresi yang membagi sangat adil antara Sifat-Sifat Kelembutan-Nya dengan Keperkasaan-Nya.

“Thaahaa.1) Kami tidak menurunkan al-Qur’an padamu agar kamu susah,2) Teapi sebagai peringatan bagi yang takut (pada Allah)3) yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.4) yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas ‘Arsy.5) Kepunyaan-Nya semua yang ada di langit dan di bumi, semua di antaranya dan yang di bawah tanah.6) Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.7) Dialah Allah, tiada Ilah selain Dia. Dia yang mempunyai al-Asmaaul Husna.8)” (QS. 20:1-8)

Di sini pun tersirat rasa keadilan. Tidak saja Tuhan menjelaskan ‘Arsy yang dasyat dimensi dan kemegahannya, beserta ciptaan langit yang tak terukur batas tepinya, juga bumi dengan berbagai kekayaan di bawah tanah. Tuhan pun meringkasnya dalam sebuah kitab kecil, Kitabullah al-Qur’an. Banyak isi al-Qur’an yang menjelaskan semua fenomena alam.

Demikian pula ayat tersebut menyinggung kembali agar tidak mengeraskan ucapan dalam hal apa pun, karena Tuhan mengetahui rahasia yang tersembunyi. Terkadang doa pun tidak lagi harus diucapkan, apalagi dikeraskan suaranya. Untuk merasakan doa yang bersumber dari rahasia suara hati nurani yang tersembunyi itu, cara afdol misalnya, ‘hanya’ dengan duduk bersila posisi simetris (sempurna), memutar tasbih beberapa menit, beberapa jam, lalu ‘diam’ mengikuti alur pikiran dan mengendalikannya. Dengan mata terpejam, duduk bersila simetris (sempurna) didahului doa dan membaca beberapa ayat relevan; akan terasa alur pemikiran selama seharian atau waktu-waktu sebelumnya.

Seperti scanner anti virus, di dalam posisi seperti itu, diri yang telah berusaha suci akan bisa mengendalikan dan menganulir pikiran yang negatif dengan al-Asmaaul Husna. Pada saat-saat tertentu di dalam kontemplasi itu, akan dirasakan pula apa yang sebenarnya yang dikehendaki oleh hati. Latihan demi latihan batin seperti ini kurang dimantapkan bagi banyak kelompok pengajian yang hanya sekedar menjelaskan materi tekstual.

“Dia telah menciptakanmu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikit kamu bersyukur.78) Dan Dia yang menciptakan serta mengembang biakkanmu di bumi dan pada-Nya kamu akan dihimpunkan.79) Dan Dia yang menghidupkan dan mematikan dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?80)” (QS. 23:78-80)

Dengan pendengaran, penglihatan dan hati akan menjadikan manusia sebagai Insan Kamil. Dengan pendengaran-penglihatan, manusia menerima semua stimuli di sekitarnya. Organ telinga dan mata memberikan momentum peristiwa yang diterima organ otak. Maka terjadilah proses intelektualisasi antara intelectual quotient dan emotional quotient. Jika ditunjang dengan proses pengajaran-pendidikan, serta latihan dan ketrampilan memadai, maka intelektual manusia tersebut akan benar-benar profesional di bidangnya.

Keseimbangan intelectual dan emotional akan semakin sempurna jika melibatkan organ hati secara metafisik, sebagai bekal rohaniah di mana spiritual quotient bersemayam dan membisikkan kebenaran hakiki. Points of equilibrium triagle ini merupakan kesempurnaan hidup manusia di dunia sebagai bekal hidup abadi di akhirat.

Nama-Nama al-Asmaaul Husna pada hakikatnya tidak terhingga. Kata buatan manusia tidak mampu menyusun jumlah Sifat Tuhan. Jumlah 99 merupakan konklusi optimal representasi pemahaman manusia terhadap Sifat-Sifat Tuhannya. Di antara deret ar-Rahmaanu hingga ash-Shabuuru terdapat sisipan sifat-sifat lebih halus yang jumlahnya bisa tak terhingga (~).

Tuhan menjelaskan Diri-Nya dengan menyebut Sifat Ketuhanan-Nya. Ini bukan berarti Tuhan tidak transparan “menunjukkan” Diri-Nya, tetapi lebih karena ketidak-mampuan hamba “melihat”-Nya.

“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung padanya), berkata Musa: “Ya Tuhanku, tampakkan (diri Engkau) padaku agar aku dapat melihat Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup untuk melihat-Ku, tetapi lihatlah ke bukit itu, jika ia tetap ditempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri pada gunung, dijadikannya gunung hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Mahasuci Engkau, aku taubat pada Engkau dan aku orang pertama-tama yang beriman”.143) Firman Tuhan: “Hai Musa sesungguhnya Aku memilihmu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah pada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.144)” (QS. 7:143-144).

Nabi Musa bertaubat setelah sadar dari pingsannya. Manusia modern ingin mencoba ‘kesaktian’? Sementara Ayat Tuhan berupa alam semesta belum selesai sepersekian persen ditelitinya, sifat sombongnya ingin meneliti Dzat Tuhan. Mahasuci Tuhan dari apa yang mereka sangkakan.

Sekian ribu orang mengartikan al-Asmaaul Husna, lalu menafsirkannya. Sedikit yang mampu merasakannya, tanpa banyak yang bisa dijelaskan. Dialah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Rincian al-Asmaaul Husna yang ada di atas adalah menurut satu tafsir di antara sekian banyak tafsir.

Dialah Allah, Tiada Ilah Selain Dia

Ayat yang cukup representatif mencakup al-Asmaul Husna di antaranya adalah QS. 59:22-24 pada sub-bab ini. Diawali dengan kalimat tauhid bahwa Dialah Allah, tiada Tuhan selain Dia, atau seorang intelektual muslim yang pernah menerjemahkan Tiada Tuhan selain tuhan, yang menjadi kontroversi. Apa pun yang tertulis secara tekstual, yang terpenting adalah komitmen dan penghayatan pribadi akan hakikat Tuhan.

Pengakuan tauhid tersebut lalu disusul dengan Kemahatahuan yang Nyata dan Ghoib – termasuk Hakikat Dzat Tidak Terbatas itu sendiri. Lalu secara berurutan disebutkan sifat lainnya, yaitu: ar-Rahmaanu, ar-Rahiimu, al-Maliku, al-Quduusu, as-Salaamu, al-Mu’minu, al-Muhayminu, al-Aziizu, al-Jabaaru, al-Mutakabbiru, al-Khaaliqu, ar-Barri’u dan al-Mushawwiru… lalu diakhiri dengan “Bertasbih pada-Nya yang di langit dan bumi. dan Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. 24)

Ayat ini afdol untuk dibuat zikir. Sebelum masuk inti yang hendak direnungkan, disarankan memperbanyak zikir ayat seperti ini, diulangi dan dihayati sepenuh hati, lalu ditambah surat dan ayat lain yang masih relevan. Setelah itu mulai memasuki 99 Nama Mulia Allah, Tuhan yang Mahaesa.

Penghayatan al-Asmaaul Husna secara menyeluruh akan menghadirkan kenikmatan lahir-batin yang luar biasa. Karena Nama atau Sifat Tuhan yang meliputi segala-galanya akan terpancar dan merasuk ke dalam diri sendiri melalui urat syarat dan jalannya darah hingga ke tulang sumsum, ke pusat kalbu atau sukma dan setersnya, di dalam keadaan tadzakur tersebut – jika mampu dilakukan suntuk semalam.

Firman Tuhan pada QS. 6. al-An’aam (Binatang Ternak) 3,

“Dan Dia Allah, baik di langit maupun bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.” ***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a comment